Bisu tak ingin berdiam. Aku masih saja seperti ini.
Berharap semua yang tidak mungkin terjadi akan berbalik arah dengan kenyataan
yang sebenarnya. Semua enggan menyapa. Mungkin hanya aku saja manusia yang
bodoh sampai seperti ini. Benar-benar menunggu sesuatu yang entah kapan akan kembali
kepadaku. Entah kapan akan tersenyum melihatku. Kalau saja aku bisa memilih,
aku lebih inginkan mata dan hati ini tertutup untuk dapat mendengar suara-suara
tentang kamu. Semua itu, yang sekarang membuatku menjadi semakin lemah
melangkah. Sulit terbang dari bayangan dirimu. Aku tidak tahu apa yang membuat
kamu lebih diistimewakan oleh pandanganku. Kasat mata, kamu sama seperti
kebanyakan lelaki yang aku temui tidak ada perbedaan yang pasti. Tapi rasa saat
aku bercengkrama denganmu sangat lain dan asing hingga kini aku semakin sulit
untuk mengacuhkanmu. Terlalu indah. Dan mungkin kamu tidak akan pernah
merasakan hal yang sama sepertiku. Ya, aku tahu itu. Kamu terlalu mencintainya.
Sangat mencintainya. Wanita yang sudah sekian lama menemani hari-harimu lebih
dari sewaktu aku tahu siapa namamu. Dia lebih dari yang aku kira. Dia sangat
cantik. Dia sempurna. Sendu. Walaupun
sekarang kamu dan dia tidak terikat. Berdosa bila aku masuk ke dalam kehidupan
kalian yang sampai saat ini masih enggan terpisahkan dan mungkin tidak akan pernah terpisahkan. Aku
cemburu. Atau memang hanya aku yang berlebihan. Terlalu inginkan kamu membalas
apa yang telah aku berikan. Egois. Belum cukupkah perhatian setiap pagi
untukmu? Walaupun tidak rutin tetapi seharusnya kamu menyadari itu. Saat kamu meringis
sakit karena sakitmu, aku orang pertama yang sangat ingin menjagamu. Tapi aku
sadar, bukan aku yang kamu mau untuk berada disampingmu. Hanya dia. Aku bisa
membuat kamu tersenyum seolah melihatku adalah melihatnya. Aku bisa
mengantarkan makanan untukmu setiap pagi. Aku bisa menemanimu saat kamu butuh
sandaran menuangkan segala keluh yang ada dibenakmu. Aku bisa menjadi
sepertinya. Aku bisa jika kamu mau. Tapi lagi-lagi aku sadar, itu semua tidak
akan pernah mungkin terjadi sampai kapanpun. Anggapanku salah terhadap
perhatianmu ini terlalu berlebihan. Terlalu mengada-ada apa yang tidak ada.
Sosokmu sangat kuat membuat aku tidak bisa berhenti mengganggumu. Tidak dapat
berfikir jernih lagi. Terisi hanya dengan namamu dan wajahmu. Aku benci ketika
seperti ini. Aku benci ketika perasaan ini terasa begitu sakit. Aku benci
ketika kamu menyebut dirinya wanita terindah. Aku benci untuk mencintaimu. Kamu
adalah rahasia terbesar dihidupku yang tak mungkin ku ungkap. Sekalipun
kepadamu, tidak akan. Lebih baik ku simpan. Seandainya aku bisa menentukan arah
hidupku sendiri. Seandainya aku mampu membuat kamu memelukku satu kali saja.
Tidak akan ada lagi airmata saat ku ketik tiap kata demi kata mewakilkan apa
yang aku rasa untukmu disini. Dan mulai sekarang, aku akan coba, acuhkan kamu
dan wanitamu. Apapun yang terjadi nanti itu masalah kedua. Sekarang aku harus
mencari kesibukkan agar tak ingat tentangmu lagi. Aku enggan menyiksa batin ini
lagi. Bantu aku menjadikanmu satu sosok yg sama seperti mereka. Itu saja.