This Is All About My Mirror

SUCI NUR INDAH SARI

Senin, 09 April 2012

Absurd.


Bisu tak ingin berdiam. Aku masih saja seperti ini. Berharap semua yang tidak mungkin terjadi akan berbalik arah dengan kenyataan yang sebenarnya. Semua enggan menyapa. Mungkin hanya aku saja manusia yang bodoh sampai seperti ini. Benar-benar menunggu sesuatu yang entah kapan akan kembali kepadaku. Entah kapan akan tersenyum melihatku. Kalau saja aku bisa memilih, aku lebih inginkan mata dan hati ini tertutup untuk dapat mendengar suara-suara tentang kamu. Semua itu, yang sekarang membuatku menjadi semakin lemah melangkah. Sulit terbang dari bayangan dirimu. Aku tidak tahu apa yang membuat kamu lebih diistimewakan oleh pandanganku. Kasat mata, kamu sama seperti kebanyakan lelaki yang aku temui tidak ada perbedaan yang pasti. Tapi rasa saat aku bercengkrama denganmu sangat lain dan asing hingga kini aku semakin sulit untuk mengacuhkanmu. Terlalu indah. Dan mungkin kamu tidak akan pernah merasakan hal yang sama sepertiku. Ya, aku tahu itu. Kamu terlalu mencintainya. Sangat mencintainya. Wanita yang sudah sekian lama menemani hari-harimu lebih dari sewaktu aku tahu siapa namamu. Dia lebih dari yang aku kira. Dia sangat cantik. Dia sempurna. Sendu. Walaupun sekarang kamu dan dia tidak terikat. Berdosa bila aku masuk ke dalam kehidupan kalian yang sampai saat ini masih enggan terpisahkan dan  mungkin tidak akan pernah terpisahkan. Aku cemburu. Atau memang hanya aku yang berlebihan. Terlalu inginkan kamu membalas apa yang telah aku berikan. Egois. Belum cukupkah perhatian setiap pagi untukmu? Walaupun tidak rutin tetapi seharusnya kamu menyadari itu. Saat kamu meringis sakit karena sakitmu, aku orang pertama yang sangat ingin menjagamu. Tapi aku sadar, bukan aku yang kamu mau untuk berada disampingmu. Hanya dia. Aku bisa membuat kamu tersenyum seolah melihatku adalah melihatnya. Aku bisa mengantarkan makanan untukmu setiap pagi. Aku bisa menemanimu saat kamu butuh sandaran menuangkan segala keluh yang ada dibenakmu. Aku bisa menjadi sepertinya. Aku bisa jika kamu mau. Tapi lagi-lagi aku sadar, itu semua tidak akan pernah mungkin terjadi sampai kapanpun. Anggapanku salah terhadap perhatianmu ini terlalu berlebihan. Terlalu mengada-ada apa yang tidak ada. Sosokmu sangat kuat membuat aku tidak bisa berhenti mengganggumu. Tidak dapat berfikir jernih lagi. Terisi hanya dengan namamu dan wajahmu. Aku benci ketika seperti ini. Aku benci ketika perasaan ini terasa begitu sakit. Aku benci ketika kamu menyebut dirinya wanita terindah. Aku benci untuk mencintaimu. Kamu adalah rahasia terbesar dihidupku yang tak mungkin ku ungkap. Sekalipun kepadamu, tidak akan. Lebih baik ku simpan. Seandainya aku bisa menentukan arah hidupku sendiri. Seandainya aku mampu membuat kamu memelukku satu kali saja. Tidak akan ada lagi airmata saat ku ketik tiap kata demi kata mewakilkan apa yang aku rasa untukmu disini. Dan mulai sekarang, aku akan coba, acuhkan kamu dan wanitamu. Apapun yang terjadi nanti itu masalah kedua. Sekarang aku harus mencari kesibukkan agar tak ingat tentangmu lagi. Aku enggan menyiksa batin ini lagi. Bantu aku menjadikanmu satu sosok yg sama seperti mereka. Itu saja.